Saya kecewa kok tanggapannya
begitu, aku kecewa kok dinilai seperti itu, saya kecewa berat berat masak hasil
kerja keras, loyalitas yg saya berikan dinilai kayak begini, saya kecewa
ternyata orang nya kayak gitu, dan saya kecewa , kecewa dan kecewa dengan ungkpan yg sekian ribu banyaknya
Jadi masihkah aku dimasa-masa mendatang mendapatkan
kekecewaan…!, hai sang qalbu bukankah kita tidak membutuhkan kekecewaan itu
lagi …..untuk itu bantu aku membangun idabah sepanjang hayat dan disetiap
helaan nafas ini.
Kenapa saya
kecewa…? Pertanyaan ini sangat jarang kita pakai untuk mencari sebuah solusi
dan kalau pun pernah saya tanyakan pada diri ini jawaban yg saya jawab sendiri
adalah hasil olahan otak saya sendiri dan ini sangat jaaaaaaaaaaaauuuuuuuuuuuuh
dari jawaban yang saya butuhkan, bahkan tidak jarang jawaban yg saya buat
sendiri itu membuat saya terserumus dan menjelma menjadi dendam, apatis, nggak
mau tahu dan tanpa saya sadari ujung dari jawaban yg saya buat sendiri itu
menimbulkan kekecewaan 2 lainya yg bahkan lebih dalam.
Jadi berarti
semua jawaban yg terlontar bukanlah merupakan jawaban yg saya butuhkan dan bukanlah
merupakan jawaban mendapatkan suatu solusi yg tuntas.
Kalaulah saya
jujur akan suara hati ini semua kekecewaan dan ribuan kecewa2 lainnya dalam
hidup saya adalah karena saya butuh penghargaan, pangkat, harta, jabatan,
kepopuleran dsb…….dsb.
Jadi semua itu
saya lakukan dengan tujuan seperti apa yg saya rekayasa di dalam otak dan hati
saya.
Kalau ini
memang benar betapa malangnya seorang anak manusia yg berstatus wakil Allah
dimuka bumi, karena bertumpuk-tumpuk kekecewaan akan terus menyertai dan membayangi
sepanjang kehidupan ini, saya kecewa kenapa anak2 hanya menghasilkan nilai yg
sebegitu saja, saya kecewa saya sekolahkan dia tinggi2 dan mengirimnya belajar
ke negeri yg sangat maju tapi kok hanya jabatan itu yg didapatnya kenapa gaji
yg tidak berarti yg diahasilkannya dan
saya kecewa……..kecewa …….kenapa …..,kok…, hanya….., padahal………. dan beribu kata
lainnya keluar yg berupa penyesalan dan ini akan menigkat menjadi beban yg
menimbulkan depresi, penyakit hati, dendam kesumat. putus asa dan sekian banyak
lain nya dampak negative akan tumbuh subur di dalam hati tanpa kita sadari
kedatangannya.
Hai hati ku,
ruh ku, sanubari ku, kenapa engkau harus kecewa toh semua yg engkau dapatkan
itu adalah hasil dari apa yg engkau
tanam.
Hai hatiku,
semua kekecewaan itu adalah karena engkau telah memborong dan dengan serakah
mengambil hak yg bukan seharusnya hak
mu.
Engkau
rencanakan, engkau kerjakan dan engkau tetapkan hasil yg harus engkau capai.
Adakah hak mu
hai manusia untuk memutuskan …menentukan … dan menetapkan………? Kalau lah
jawabannya iya kenapa kau harus merasakan kecewa, merasakan ketidak puasan,
menimbulkan dengki, dendam dan kebencian…….!
Maha Besar Allah Tuhan Manusia
dan Tuhan seluruh alam yg hanya Dialah yg mempunyai hak mutlak untuk memutuskan
dan menentukan dan menetapkan
Hai hati ku
kekecewaan 2 yg kau alami adalah karena engkau dengan sombongnya telah berani
dan pongah mengambil hak nya Tuhan mu, yg engkau sama sekali ….sama sekali
tidak mempunyai kemampuan dan kekusaan sekecil apapun untuk memikulnya tidak
walau hanya sepersekian juta dari besanya inti atom, hatiku bertafakurlah dan
dikirkanlah apakah hak mu yang sebenarnya yg diberikan Allah untuk mu ? :
TIDAKLAH AKU JADIKAN JIN DAN MANUSIA KECUALI UNTUK
MENYEMBAH/BERIBADAH KEPADAKU
………(Q.S Adz Dzariyat 56)
Kalaulah otak
ini mau berfikir dan hati ini merunduk, bukankah sudah jelas semuanya, yaitu
keberadaan aku dan alasan diciptakan Nya aku adalah dengan satu kewajiban,
ya kewajiban ku hanya satu yaitu beribadah ……..beribadah .dan beibadah………
Kalaulah semua itu aku lakukan
dengan niat ibadah semata karena Allah yg memang menghendaki demikian …..aku
kerjakan ini karena ibadah, aku sekolahkan anakku karena aku ingin beibadah,
aku harus kerja keras karena itu ibadah, aku hasilkan suatu karya karena itu
ibadahku, ibadah .ibadah ……ibadah .dan ibadah, sehingga setiap goresan pena,
setiap langkah yg kuayunkan , setiap batang kawat las yg kutorehkan, setiap
senyum yg kulontarkan adalah bagian dari ibadah. Dan ibadah ku hanya Dialah yg
menjadi supervisor ku, hanya Allah lah yg menjadi managerku, Hanya Allah lah yg
menjadi pengawas ku, hanya Allah lah yg menjadi director ku, dan hanya Allah
lah yg Maha segala Maha dan Dialah Yg mengawasiku, berarti semua yg kulakukan
adalah yg terbaik yg bisa aku kerjakan, usaha yg paling keras yg bisa kita
upayakan dan semua nya adalah yan ter
….ter…..ter … karena sang hati ingin ibadahnya sempurna, kalau begitu
…..perlu lagikah aku bekerja diawasi, perlu lagikah aku korupsi, perlu lagikah
aku khianat, perlu lagikah aku memakan yg bukan hak ku, perlu lagikah aku
menahan hak orang lain yg seharusnya kubayarkan, perlu lagikah aku berbuat
zalim, perlu lagi kah aku mencuri, perlu lagikah aku menipu dsb ……….tidak
…..hai qalbuku ….itu semua tidak kita butuhkan lagi karena sebenarnyalah itu
bukan suatu kebutuhan.
Kalaulah semua
itu aku lakukan dengan NIAT IBADAH, apakah aku akan kecewa …………? Tidak
sama sekali tidak akan ada kekecewaan semua yg kudapatkan adalah rasa puas dan syukur, mobil yg mewah, rumah yg
besar, pangkat yg tinggi, harta yg berlimpah, gaji yg kecil, hidup yg miskin semua itu tidaklah akan
menjadikan kau pongah dan kecewa ….yang keluar dari perilaku dan tidak tanduk
adalah merupakan ujud dari rasa Tawakal kepada Nya,mari qalbu ku kita
tidak membutuhkan depresi,kita tidak membutuhkan ketakutan, kita tidak butuh
stress, kita tidak butuh benci, kita tidak butuh dendam ….terbanglah menggapai
Rabb mu akan kau temukan kedamaian hidup yg hakiki.
Disaat mata ku
terbuka dan kegiatan hari ini kumulai dengan mencanangkan niat bahwa semua kegiatan hari ini kulakukan
dengan NIAT IBADAH dan hanya mengharap redha Mu ya ALLAH:
Kalaulah hasil
yg kupetik tidaklah seperti harapanku, aku tak perlu kecewa karena Tuhanku Maha
Pengasih dan Maha Mengetahui bahwa semua yg kulakukan itu adalah merupakan
rangkaian ibadah ku, Insyallah satu tabungan dan kekayaan untuk ku sudah
disediakan di akhirat, dan seandainya aku mendapatkan hasil didunia seperti yg
ku bayangkan (bukan yg ku tetapkan) maka saat itu dua hasil kuraih sekaligus yaitu
dunia dan akhirat.
Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan
tidak(pula)oleh jual beli dari mengingati Allah, dan dari (mendirikan)shalat, dan
(dari)membayar zakat.
Mereka
takut kepada suatu hari yang (dihari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.
(Mereka
mengejakan yang demikian itu) suapaya Allah memberi balasan kepada mereka
(dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan
supaya Allah menambah karunia Nya kepada mereka.
Dan Allah memberi rezki
kepada siapa yang dikehendaki Nya tanpa batas. (Q.S.An-Nur 37
–38).
Dan untuk
membantu kesadaran mu hai qalbuku ingatlah saat kelompok pendeta2 dan pembesar
Najran menemui Rasullullah lengkap dengan membawa dan memperlihatkan kemewahan
yg sangat wah, bukankah Allah saat itu telah memberikan peringatan bahwa semua
itu sungguh tidak bernilai dan Dia telah menjanjikan sesuatu yang sangat
saaaaaaaaaaaaaaangaaaaaaaaaat lebih baik dari pada itu dengan menurunkan firman
Nya yang suci dihadapan para pembesar dan pendeta Nasrani dari negeri Najran
tersebut seperti yang disebutkan dalam Q.S Ali Imran ayat 14 :
Dihiaskan kepada manusia,
mencintai syahwat(keinginan nafsu), seperti peempuan-perempuan, anak-anak dan
harta benda yang banyak, dari emas, perak, kuda yang bagus binatang-binatang
ternak dan tanam-tanaman. Demikian itulah kesukaan hidup didunia, dan disisi
Allah tempat kembali yang sebaik-baiknya.
Dan mungkin
hadist yang diriwayatkan oleh Abul-Laits Assamarqandi dengan sanadnya dari Ziad
bin Tsabit dibawah ini dapat kita renungkan :
Siapa yang niatnya keakherat
maka Allah akan menghimpun baginya semuanya dan dijadikan kaya hati , dan
datang kepadanya dunia merendah diri. Dan siapa yang niatnya dunia maka Allah
akan mencerai beraikan urusannya, dan menjadikan kemiskinan/kegelisahan/ketakutan
selalu membayang diruang matanya dan tidak akan datang dunia kepadanya kecuali
yang ditentukan baginya.
