Jumat, 18 Januari 2013

KENAPA AKU KECEWA

Saya kecewa kok tanggapannya begitu, aku kecewa kok dinilai seperti itu, saya kecewa berat berat masak hasil kerja keras, loyalitas yg saya berikan dinilai kayak begini, saya kecewa ternyata orang nya kayak gitu, dan saya kecewa , kecewa dan kecewa dengan  ungkpan yg sekian ribu banyaknya
Kenapa saya kecewa…? Pertanyaan ini sangat jarang kita pakai untuk mencari sebuah solusi dan kalau pun pernah saya tanyakan pada diri ini jawaban yg saya jawab sendiri adalah hasil olahan otak saya sendiri dan ini sangat jaaaaaaaaaaaauuuuuuuuuuuuh dari jawaban yang saya butuhkan, bahkan tidak jarang jawaban yg saya buat sendiri itu membuat saya terserumus dan menjelma menjadi dendam, apatis, nggak mau tahu dan tanpa saya sadari ujung dari jawaban yg saya buat sendiri itu menimbulkan kekecewaan 2 lainya yg bahkan lebih dalam.
Jadi berarti semua jawaban yg terlontar bukanlah merupakan jawaban yg saya butuhkan dan bukanlah merupakan jawaban mendapatkan suatu solusi yg tuntas.

Kalaulah saya jujur akan suara hati ini semua kekecewaan dan ribuan kecewa2 lainnya dalam hidup saya adalah karena saya butuh penghargaan, pangkat, harta, jabatan, kepopuleran dsb…….dsb.
Jadi semua itu saya lakukan dengan tujuan seperti apa yg saya rekayasa di dalam otak dan hati saya.
Kalau ini memang benar betapa malangnya seorang anak manusia yg berstatus wakil Allah dimuka bumi, karena bertumpuk-tumpuk kekecewaan akan terus menyertai dan membayangi sepanjang kehidupan ini, saya kecewa kenapa anak2 hanya menghasilkan nilai yg sebegitu saja, saya kecewa saya sekolahkan dia tinggi2 dan mengirimnya belajar ke negeri yg sangat maju tapi kok hanya jabatan itu yg didapatnya kenapa gaji yg tidak berarti yg diahasilkannya  dan saya kecewa……..kecewa …….kenapa …..,kok…, hanya….., padahal………. dan beribu kata lainnya keluar yg berupa penyesalan dan ini akan menigkat menjadi beban yg menimbulkan depresi, penyakit hati, dendam kesumat. putus asa dan sekian banyak lain nya dampak negative akan tumbuh subur di dalam hati tanpa kita sadari kedatangannya.

Hai hati ku, ruh ku, sanubari ku, kenapa engkau harus kecewa toh semua yg engkau dapatkan itu adalah hasil  dari apa yg engkau tanam.

Hai hatiku, semua kekecewaan itu adalah karena engkau telah memborong dan dengan serakah mengambil hak yg bukan seharusnya  hak mu.
Engkau rencanakan, engkau kerjakan dan engkau tetapkan hasil yg harus engkau capai.
Adakah hak mu hai manusia untuk memutuskan …menentukan … dan menetapkan………? Kalau lah jawabannya iya kenapa kau harus merasakan kecewa, merasakan ketidak puasan, menimbulkan dengki, dendam dan kebencian…….!

Maha Besar Allah Tuhan Manusia dan Tuhan seluruh alam yg hanya Dialah yg mempunyai hak mutlak untuk memutuskan dan menentukan dan menetapkan

Hai hati ku kekecewaan 2 yg kau alami adalah karena engkau dengan sombongnya telah berani dan pongah mengambil hak nya Tuhan mu, yg engkau sama sekali ….sama sekali tidak mempunyai kemampuan dan kekusaan sekecil apapun untuk memikulnya tidak walau hanya sepersekian juta dari besanya inti atom, hatiku bertafakurlah dan dikirkanlah apakah hak mu yang sebenarnya yg diberikan Allah untuk mu ? :

TIDAKLAH AKU JADIKAN JIN DAN MANUSIA KECUALI UNTUK MENYEMBAH/BERIBADAH KEPADAKU ………(Q.S Adz Dzariyat 56)
 
Kalaulah otak ini mau berfikir dan hati ini merunduk, bukankah sudah jelas semuanya, yaitu keberadaan aku dan alasan diciptakan Nya aku adalah dengan satu kewajiban, ya kewajiban ku hanya satu yaitu beribadah ……..beribadah .dan beibadah………

Kalaulah semua itu aku lakukan dengan niat ibadah semata karena Allah yg memang menghendaki demikian …..aku kerjakan ini karena ibadah, aku sekolahkan anakku karena aku ingin beibadah, aku harus kerja keras karena itu ibadah, aku hasilkan suatu karya karena itu ibadahku, ibadah .ibadah ……ibadah .dan ibadah, sehingga setiap goresan pena, setiap langkah yg kuayunkan , setiap batang kawat las yg kutorehkan, setiap senyum yg kulontarkan adalah bagian dari ibadah. Dan ibadah ku hanya Dialah yg menjadi supervisor ku, hanya Allah lah yg menjadi managerku, Hanya Allah lah yg menjadi pengawas ku, hanya Allah lah yg menjadi director ku, dan hanya Allah lah yg Maha segala Maha dan Dialah Yg mengawasiku, berarti semua yg kulakukan adalah yg terbaik yg bisa aku kerjakan, usaha yg paling keras yg bisa kita upayakan dan semua nya adalah yan ter  ….ter…..ter … karena sang hati ingin ibadahnya sempurna, kalau begitu …..perlu lagikah aku bekerja diawasi, perlu lagikah aku korupsi, perlu lagikah aku khianat, perlu lagikah aku memakan yg bukan hak ku, perlu lagikah aku menahan hak orang lain yg seharusnya kubayarkan, perlu lagikah aku berbuat zalim, perlu lagi kah aku mencuri, perlu lagikah aku menipu dsb ……….tidak …..hai qalbuku ….itu semua tidak kita butuhkan lagi karena sebenarnyalah itu bukan suatu kebutuhan.

Kalaulah semua itu aku lakukan dengan NIAT IBADAH, apakah aku akan kecewa …………? Tidak sama sekali tidak akan ada kekecewaan semua yg kudapatkan adalah rasa  puas dan syukur, mobil yg mewah, rumah yg besar, pangkat yg tinggi, harta yg berlimpah, gaji yg kecil,  hidup yg miskin semua itu tidaklah akan menjadikan kau pongah dan kecewa ….yang keluar dari perilaku dan tidak tanduk adalah merupakan ujud dari rasa Tawakal kepada Nya,mari qalbu ku kita tidak membutuhkan depresi,kita tidak membutuhkan ketakutan, kita tidak butuh stress, kita tidak butuh benci, kita tidak butuh dendam ….terbanglah menggapai Rabb mu akan kau temukan kedamaian hidup yg hakiki.
Disaat mata ku terbuka dan kegiatan hari ini kumulai dengan mencanangkan niat  bahwa semua kegiatan hari ini kulakukan dengan NIAT IBADAH dan hanya mengharap redha Mu ya ALLAH:

Kalaulah hasil yg kupetik tidaklah seperti harapanku, aku tak perlu kecewa karena Tuhanku Maha Pengasih dan Maha Mengetahui bahwa semua yg kulakukan itu adalah merupakan rangkaian ibadah ku, Insyallah satu tabungan dan kekayaan untuk ku sudah disediakan di akhirat, dan seandainya aku mendapatkan hasil didunia seperti yg ku bayangkan (bukan yg ku tetapkan) maka saat itu dua hasil kuraih sekaligus yaitu dunia dan akhirat.

Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak(pula)oleh jual beli dari mengingati Allah, dan dari (mendirikan)shalat, dan (dari)membayar zakat.
Mereka takut kepada suatu hari yang (dihari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.
(Mereka mengejakan yang demikian itu) suapaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia Nya kepada mereka.
Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki Nya tanpa batas. (Q.S.An-Nur 37 –38).

Dan untuk membantu kesadaran mu hai qalbuku ingatlah saat kelompok pendeta2 dan pembesar Najran menemui Rasullullah lengkap dengan membawa dan memperlihatkan kemewahan yg sangat wah, bukankah Allah saat itu telah memberikan peringatan bahwa semua itu sungguh tidak bernilai dan Dia telah menjanjikan sesuatu yang sangat saaaaaaaaaaaaaaangaaaaaaaaaat lebih baik dari pada itu dengan menurunkan firman Nya yang suci dihadapan para pembesar dan pendeta Nasrani dari negeri Najran tersebut seperti yang disebutkan dalam Q.S Ali Imran ayat 14 :

Dihiaskan kepada manusia, mencintai syahwat(keinginan nafsu), seperti peempuan-perempuan, anak-anak dan harta benda yang banyak, dari emas, perak, kuda yang bagus binatang-binatang ternak dan tanam-tanaman. Demikian itulah kesukaan hidup didunia, dan disisi Allah tempat kembali yang sebaik-baiknya.

Dan mungkin hadist yang diriwayatkan oleh Abul-Laits Assamarqandi dengan sanadnya dari Ziad bin Tsabit dibawah ini dapat kita renungkan :

Siapa yang niatnya keakherat maka Allah akan menghimpun baginya semuanya dan dijadikan kaya hati , dan datang kepadanya dunia merendah diri. Dan siapa yang niatnya dunia maka Allah akan mencerai beraikan urusannya, dan menjadikan kemiskinan/kegelisahan/ketakutan selalu membayang diruang matanya dan tidak akan datang dunia kepadanya kecuali yang ditentukan baginya.

Jadi masihkah aku dimasa-masa mendatang mendapatkan kekecewaan…!, hai sang qalbu bukankah kita tidak membutuhkan kekecewaan itu lagi …..untuk itu bantu aku membangun idabah sepanjang hayat dan disetiap helaan nafas ini.

Artikel Terkait